Kamis, 16 November 2017

Jaminan Mutu Hasil Pengujian di Laboratorium


   Laboratorium merupakan tempat berlangsungnya percobaan, riset, pengukuran, ataupun pelatihan, dapat bersifta tetap (tidak bergerak) ataupun bergerak.
Laboratorium berdasarkan fungsinya terbagi ke dalam beberapa bagian :
  • 1.    Laboratorium pendidikan/pengajaran
  • Laboratorium pendidikan atau pengajaran digunakan untuk proses kegiatan belajar bisa dari tingkat SMP sampai tingkat perguruan tinggi. Kegiatan proses belajar mengajar biasanya diikuti oleh personil yang belum ahli, meliputi percobaan percobaan sederhana atau lebih kompleks dengan dilakukan pendampingan oleh guru atau dosen.  
  • 2.    Laboratorium Penelitian
  • Laboratorium Penelitian digunakan untuk kegiatan riset penemuan baru, biasanya ada di perguruan tinggi atau lembaga-lembaga penelitian baik negeri ataupun swasta. Personil lab yang melakukan penelitian di Laboratorium ini sudah memiliki pemahaman yang cukup baik dalam melaksanakan kegiatan riset, sehingga tidak perlu dilakukan pendampingan.
  • 3.    Laboratorium Pengujian
  • Laboratorium jenis ini merupakan tempat dilakukannya pengukuran analisis suatu analit terhadap sebuah sampel baik secara kualitatif atau kuantitatif. Laboratorium Pengujian biasanya tersedia di perusahaan-perusahaan manufacture untuk menguji kualitas produk, atau Laboratorium yang secara independent memberikan pelayanan untuk pengujian analisis. Personil laboratorium pengujian memiliki kompetensi khusus yang sesuai dengan aktivitas analisis pada Lab tersebut.
  • 4.    Laboratorium Kalibrasi
  • Laboratorium kalibrasi merupakan lab yang mengukur ketepatan sebuah alat ukur yang memiliki ketertelusuran yang jelas. Ketertelusuran kalibrasi di Indonesia untuk beberapa unit pengukuran berada di KIM LIPI. Laboratorium kalibrasi ini bisa terdapat di beberapa perusahaan manufacture alat ukur, atau secara independent menyediakan pelayanan kalibrasi dan memiliki personil yang berkompeten.


Laboratorium Pengujian
Berdasarkan produk yang diuji, laboratorium pengujian terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu :
  • ·         Laboratorium Pengujian Makanan
  • ·         Laboratorium Pengujian Obat
  • ·         Laboratorium Pengujian Medik
  • ·         Laboratorium Pengujian Listrik
  • ·         Laboratorium Pengujian Mekanik
  • ·         Laboratorium Pengujian Pertanian
  • ·         Laboratorium Pengujian Air, dll

Berdasarkan prinsip analitik, Lab pengujian terbagi menjadi beberapa jenis di bawah ini :
  • ·         Lab organoleptik
  • ·         Lab kimia
  • ·         Lab biologi/ mikrobiologi
  • ·         Lab listrik
  • ·         Lab mekanik


Personil di Laboratorium Pengujian dan atau Kalibrasi terdiri dari beberapa komponen, yaitu : Manajer teknis, Supervisor/ penyelia, Analis/penguji. Personil harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam menjalankan setiap tugasnya di Laboratorium.

Metode pengujian yang digunakan haruslah metode standar atau metode non standar yang tervalidasi.

Metode standar adalah metode yang terstandar oleh badan resmi (biasanya bersifat global) memiliki kinerja yang baik. Metode standar yang biasa digunakan di berbagai laboratorium contohnya seperti ASTM, HOAC, atau standar di negara kita yaitu SNI. 

Metode standar memiliki komponen-komponen berikut :
  • ·         ruang lingkup pengujian dan aplikasi,
  • ·         referensi,
  • ·         prinsip dan definisi,
  • ·         reagen dan bahan kimia yang digunakan
  • ·         Peralatan
  • ·         Metode Pengujian
  • ·         Pernyataan hasil pengujian
  • ·         Kriteria Kinerja (nilai recovery)


Metode non standar merupakan metode yang dikembangkan di laboratorium, seperti metode standar yang diaplikasikan di luar ruang lingkup namun sampel yang diuji masih memiliki kesamaan karakteristik dari kriteria sampel yang ada pada metode standar.
Berdasarkan ISO/IEC 17025 :2008 pada Klausul 5.9 dinyatakan bahwa Laboratorium harus mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk memantau keabsahan pengujian yang dilakukan. Tujuan dari pengendalian mutu ini untuk dapat menjamin validitas hasil pengujian.


Pemantauan Jaminan Mutu Hasil Pengujian mencakup :
  1. Keteraturan penggunaan bahan acuan bersertifikat (CRM : Certified Refference Material) dan atau pengendalian mutu internal yang menggunakan bahan acuan. CRM didapatkan dari produsen CRM, dibuat dengan sangat teliti sehingga harganya cukup mahal. Laboratorium dapat mengganti CRM dengan menggunakan bahan acuan sekunder.
  2. Partisipasi dalam Uji Banding antar Laboratorium atau Uji Profisiensi untuk menjamin kompetensi (unjuk kerja) Laboratorium tersebut dalam melakukan analisis. Biasanya uji banding atau uji profisiensi akan membandingkan dengan Laboratorium yang setara.
  3. Replika pengujian menggunakan metode yang sama atau berbeda untuk mendapatkan nilai ketangguhan metode.
  4. Pengujian ulang pada sampel yang masih disimpan. Suatu laboratorium pengujian biasanya memiliki prosedur penyimpanan sampel yang telah diuji, lama dan kondisi  penyimpanan tergantung dengan karakteristik sampel itu sendiri. Sampel yang masih disimpan dapat diuji ulang apabila customer melakukan komplain.
  5. Korelasi hasil uji untuk karakteristik yang berbeda dalam suatu sampel. Metode yang dimodifikasi, nilai hasil ujinya akan memiliki korelasi dengan nilai hasil uji pada sampel yang berbeda namun memiliki karakteristik yang tidak berbeda jauh.
  6. Data pengendalian mutu harus selalu dianalisa apabila ditemukan berada di luar kriteria yang telah ditetapkan, tindakan yang telah direncanakan harus dilakukan untuk mengoreksi permasalahan dan mencegah pelaporan hasil yang salah.
Spiking
     Spiking adalah salah satu cara untuk memantau kinerja pada analisis sehari-hari. Spiking adalah penambahan spike (CRM, atau bahan acuan sekunder) terhadap sampel (biasanya memiliki konsentrasi analit yang sangat kecil). Spiking ini bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruhnya proses penambahan-penambahan sampel(preparasi) terhadap hasil pengukuran, sehingga spike ini ditambahkan pada proses awal sampel sebelum dilakukan preparasi. Cara mengetahui besarnya pengaruh proses preparasi terhadap konsentrasi analit yang terbaca pada metode spiking ini adalah dengan menghitung besarnya perolehan % Recovery. Semakin besar %Recovery, makan semakin kecil pengaruh dari proses preparasi sampel terhadap konsentrasi analit yang terbaca. Hal ini mengindikasikan pula bahwa metode yang digunakan memiliki kinerja yang baik.
       Penambahan spike pada sampel disarankan berada pada tengah-tengah nilai rentang deret standarnya, sehingga nilai hasil spiking berada pada range konsentrasi yang linieritasnya dapat diterima. Hasil pembacaan spiking ini dapat ditabulasikan pada sebuah control chart dengan batas atas dan batas bawah yaitu ±3SD. Untuk menjamin hasil analisis tetap valid, hasil perhitungan dari spiking tersebut tidak boleh melebihi ±3SD. Jika hasil perhitungan dari pembacaan spike melebihi ±2SD, maka sebaiknya periksa kembali CRM atau bahan acuan sekunder yang digunakan. Apabila hasil melebihi ±3SD, dilakukan terlebih dahulu investigasi penyebab kesalahan kemudian diperbaiki kesalahan tersebut dan ulangi prosedur pengujian.

Farhan Nafisah, 16 Nov 2017

~dari berbagai sumber

Kamis, 09 Juni 2016

Metagenomik: wisata DNA, mengenal sejuta pesona si kecil yang tangguh.

Si kecil mikroba
Biasanya mikroba diidentikkan dengan kuman atau bakteri penyakit yang bisa membahayakan nyawa manusia. Padahal walaupun banyak mikroba yang bersifat patogen dan menyebabkan penyakit, tidak sedikit pula mikroba ini memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Mikroba yang terdiri dari bakteri dan virus merupakan kelompok organisme mikro (berukuran kecil) yang hanya dapat dilihat menggunakan alat bantu mikroskop. Keberadaannya yang tersebar di seluruh belahan bumi ini kurang lebih sekitar 1031 sampai 1032 atau kurang lebih sekitar serratus ribu triliyun-triliyun spesies yang memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Dari sekian mikroorganisme yang berjumlah fantastis ini, baru sekitar 0,1-1% mikroba baik itu virus maupun bakteri telah berhasil diteliti dan dibudidayakan di laboratorium. Dari hasil penelitian mikroba tersebut, selain pembacaan urutan DNA dari masing-masing spesies untuk studi ekologi, juga memberikan informasi tentang manfaat yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang.
Penelitian mikroba yang didukung oleh teknologi biologi molekuler membukakan jalan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia bioteknologi (teknologi pemanfaatkan mikroba). Dengan teknik sekuensing (pembacaan untai DNA), replikasi (penggandaan DNA) dan rekayasa genetika (kloning gen) menjanjikan temuan yang lebih bermanfaat untuk mendapatkan enzim-enzim fungsional untuk dunia pengobatan juga antibiotik melalui cara yang lebih efisien. DNA yang merupakan informasi genetik pada makhluk hidup yang spesifik merupakan potongan-potongan puzzle yang mencetak protein (seperti enzim, hormon, antibodi dan lainnya) dan menentukan sifat, karakteristik serta kemampuan dari makluk hidup tersebut. Dan potongan-potongan puzzle tersebut dapat dipilah sesuai dengan protein yang dicetaknya agar dapat digunakan untuk diterapkan di berbagai bidang seperti dunia medis, industri maupun perbaikan lingkungan. Sehingga keberlanjutan riset ke arah pemanfaatan kelompok mikroskopik ini sangat menjanjikan untuk kehidupan manusia yang lebih baik.
Mikroba mempunyai ke-khasan tersendiri dibandingkan yang lainnya, ia hanya mampu hidup di daerah-daerah yang memiliki kandungan nutrisi tertentu sesuai dengan kebutuhan hidup dan perkembangbiakannya. Teknologi media sebagai sumber nutrisi dalam isolasi (pengambilan) dan kultur (pembudidayaan) saat ini belum mampu mendukung riset-riset untuk mempelajari spesies-spesies mikroorganisme baru yang belum ditemukan. Padahal bila kita mengambil sebotol air, ribuan atau jutaan mikroba sangat memungkinkan berada pada air tersebut. Ukurannya yang begitu kecil dan jumlahnya yang sangat banyak jika diteliti satu persatu dengan teknik kultur di laboratorium, tentunya akan memakan banyak waktu dengan hasil yang kurang memuaskan ditambah keterbatasan medium kultur untuk menumbuhkan semua mikroba yang ada. Pola riset tentang pembacaan untai DNA mikroba melalui budidaya di laboratorium, belum menjadi jawaban tepat untuk meneliti keunikan dan berbagai manfaat dari spesies-spesies baru di luar sana. Sehingga perlu cara lain untuk dapat menemukan pesona dan keajaiban lain dari kelompok mikroskopik ini.
Metagenomik  sisi baru pengetahuan bioteknologi
Metagenomik adalah studi metagenom atau ilmu yang mempelajari tentang pembacaan urutan DNA dalam sampel lingkungan secara utuh seperti pada sampel satu gram tanah, satu milliliter air dan lainnya. Cara baru untuk mengenal cetakan DNA mikroorganisme dalam sampel lingkungan secara langsung menjadi tantangan tersendiri dalam kemajuan bioteknologi saat ini. Jika studi sebelumnya, genomik yaitu pembacaan urutan DNA pada satu spesies, kini metagenomik menyajikan teknik baru yang lebih efisien untuk mempelajari keragaman mikroba dari sampel lingkungan secara langsung. Dengan mengekstrak (mengambil) DNA pada sampel yang selanjutnya puzzle DNA tersebut direstriksi (pemotongan fragmen DNA) dan kemudian diekspresikan (dicetak menjadi protein) pada sel e.coli, akan diketahui gen (fragmen DNA fungsional) mana yang memiliki manfaat untuk digunakan. Metagenomik bertujuan untuk mempelajari spesies baru dan bagaimana spesies tersebut bersimbiosis dalam suatu cara yang berbeda-beda.
Metode shotgun. Secara umum, tahapan yang dilakukan dalam metode shotgun adalah ekstraksi DNA dari sampel lingkungan secara langsung. Misalkan pada segenggam tanah, selanjutnya dilakukan pemotongan fragmen DNA (gen spesifik) dengan menggunakan enzim restriksi. Setelah itu potongan-potongan fragmen DNA terebut disisipkan ke dalam vektor (plasmid) yang selanjutnya diinsersikan (dimasukkan) ke dalam sel inang (e.coli) pada media pertumbuhan. Setelah itu, dapat diketahui bagaimana gen-gen tersebut diekspresikan oleh sel. Hasil ekspresi gen tersebut dipilah kemudian diidentifikasi urutan DNA pada sel yang mengekspresikan protein fungsional sehingga data urutan gen tersebut diurutkan pada perpustakaan metagenomik.
Pemanfaatan di bidang industri dan medis
Hingga kini telah banyak ditemukan enzim dan antibiotik yang dimanfaatkan dari temuan studi metagenom ini. Seperti enzim lipase yang berperan sebagai enzim pengurai lemak mono, di- dan trigliserida yang digunakan dalam dunia industri pangan atau non pangan seperti industri susu, roti, kue, bumbu, dan pengolahan daging dan ikan. Gen lipase ini ditemukan dari sampel tanah yang berada di sekitar Universitas Gottingen Jerman, juga ditemukan di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat. Selain itu temuan gen penyandi enzim kitinase yang ditemukan di sampel air laut Estuarine dan Coastal Amerika Serikat. Enzim kitinase ini memiliki kemampuan dalam menghidrolisa polimer kitin menjadi kitin oligosakarida atau monomer             N-asetilglukosamin dan banyak dimanfaatkan dalam bidang nutrisi, pangan, biomedis, pertanian, serta lingkungan. Tidak hanya enzim, banyak pula gen penyandi protein antibiotik yang ditemukan, salah satunya gen poliketida sintase yang ditemukan dari sampel tanah ladang di La Cote Saint Andre Isere Perancis. Penggunaan antibiotik poliketida sintase ini sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia medis sebagai antibiotik.
Pemanfaatan dalam studi ekologi
Penemuan kelompok mikroskopik ini terus berlanjut. Diketahui pada tahun 2004 dikutip dari Science magazine, Craig Venter melaporkan temuannya di wilayah perairan Sargasso yaitu sekitar 1800 spesies berbeda dari kelompok mikroorganisme telah ditemukan.  Padahal, Laut Sargasso merupakan wilayah perairan yang memiliki kandungan garam yang relatif tinggi, diduga sangat sedikit keragaman hayati yang ada di kawasan tersebut. Venter mengambil sampel air laut pada kedalaman lima kaki di sepanjang titik perjalanannya menggunakan perahu botnya. Kurang lebih 150 spesies bakteri dan arkea baru, dan lebih dari 1,2 juta gen baru ditemukan. Temuan ini membuktikan bahwa kelompok makluk hidup mikroskopik ini begitu banyak dan tersebar di seluruh belahan bumi, tanpa terkecuali di tempat-tempat yang tercemar ataupun yang memiliki kandungan asam yang tinggi. Tentunya di Negara kita pun banyak lokasi-lokasi yang menyimpan rahasia kehidupan dari makhluk kecil ini termasuk di wilayah perairan nusantara. Walau beberapa titik perairan memiliki kandungan garam yang sangat tinggi sehingga memungkinkan tidak terdapat mikroorganisme yang mampu bertahan hidup di sana, tetapi misteri kehidupan mikroba di perairan sangat banyak menyimpan potensi untuk pemanfaatan di berbagai bidang.

Pemanfaatan untuk perbaikan lingkungan
Berhubungan dengan dimana suatu mikroba itu tinggal, akan dapat menjadi pengetahuan tentang kemampuannya dalam bertahan hidup di wilayah-wilayah ekstrim sekalipun. Seperti di wilayah pertambangan yang bersifat relatif asam, atau di cemaran lumpur yang memiliki kandungan logam berat.  Hingga saat ini telah banyak ditemukan mikroorganisme yang dapat memetabolisme berbagai polutan salah satunya Rodococcus sp. Yang dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan termasuk pada sedimen buangan nuklir, tanah tropis, tanah artic, di Negara Eropa, Jepang dan Amerika Serikat. Metagenomik dapat diaplikasikan ke dalam riset lingkungan. Bioremediasi merupakan teknik pemanfaatan mikroba untuk mendegradasi polutan berbahaya yang mencemari lingkungan. Rodococcus sp. Memiliki kemampuan dalam mendegradasi polutan berbahaya seperti senyawa kimia alkana, senyawa aromatik, senyawa heterosiklik dan polisiklik aromatik. Rodococcus sp. Ini memiliki enzim sitokrom P450 yang memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarut-pelarut etanol, butanol, dodekana dan toluena sehingga tidak mudah mati pada cemaran yang mengandung pelarut-pelarut organik tersebut. Bioremediasi kini tengah dikembangkan dalam rangka perbaikan lingkungan dari cemaran-cemaran zat berbahaya hasil aktivitas industri.
Keberadaanya kelompok mikroskopik ini sangat penting karena banyak sekali manfaat yang didapatkan untuk diterapkan dalam berbagai bidang baik di bidang industi, dunia pengobatan, kesehatan hingga perbaikan lingkungan. Siapa yang mengira mikroorganisme yang begitu kecilnya memiliki kemampuan luarbiasa untuk terus dimanfaatkan bagi kehidupan manusia yang lebih baik. Studi mengenai mikroorganisme ini tidak akan pernah habis dan metagenomik menawarkan cara baru untuk mendukung perkembangan riset-riset selanjutnya dalam menemukan misteri kehidupan mikroskopik di alam ini.
(dari berbagai sumber)

Cyanobacteria Dan Perkembangan Riset Dalam Optimalisasi Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Biofuel

Cyanobacteria merupakan sel prokariot fototropik yang memiliki kemampuan berfotosintesis. Keberadaannya mudah ditemukan hampir di seluruh jenis perairan seperti danau, persawahan, sungai ataupun laut. Cyanobacteria ini memiliki kemampuan untuk blooming atau membentuk lapisan di permukaan air jika mengalami pertumbuhan yang padat sehingga seringkali permukaan air danau atau laut tersebut menjadi berwarna merah atau hijau. Cyanobacteria yang memiliki genus utama antara lain synechococcus, Oscillatoria dan Nostoc. Keragaman morfologi dari cyanobacteria ini banyak dijumpai diantaranya: uniseluler dengan pembelahan biner, uniseluler dan pembelahan ganda, filament dengan heterosis yang berperan dalam penambatan nitrogen molekular, filamen dan non heterosis, serta filament bercabang. Sel cyanobacteria berukuran seperti sel bakteri dengan diameter 0,5-1 sampai 40 mikrometer. Memiliki dinding sel seperti bakteri gram negatif. Nutrisi Cyanobacteria sederhana, tidak membutuhkan vitamin, dan nitrat atau ammonia untuk dijadikan sumber nitrogen. Sebagian besar organisme bersifat fototrof mutlak dan tidak dapat hidup dalam keadaan gelap. Cyanobacteria filament dapat tumbuh dalam gelap dan menggunakan glukosa atau sukrosa sebagai sumber karbon dan energi. Banyak cyanobacteria mampu menghasilkan neurotoksin saat membentuk bloom sehingga air tersebut dapat menyebabkan kematian bila diminum. Cyanobacteriamenggunakan energi sinar matahari (pada panjang gelombang UV λ=380-10nm) dan karbondioksida untuk digunakan dalam metabolime tubuhnya, mengkonversi menjadi glukosa, protein juga lipid. Lipid yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel berbasis asam lemak. Hingga kini telah banyak penelitian yang menggunakan cyanobacteria sebagai bioreaktor ke arah biofuel. Salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Deng et. al, pada tahun 1999. Ia melaporkan bahwa Synechococcus elongates PCC7942 (salah satu spesies cyanobacteria) dapat menghasilkan etanol dari 54nmol/unit liter perharinya dengan nilai OD 730. Selain itu pada tahun 2009, Dexter et al. juga menemukan bahwa bioetanol dapat diproduksi oleh Synechocystis sp. PCC6803 dengan jumlah 5,2 mmol/unit liter per hari dengan nilai OD yang sama. Potensi yang dimiliki oleh cyanobacteria ini perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat diterapkan dalam industri penghasil bahan bakar alternatif yang lebih baik, ramah lingkungan dan terbarukan. Kelebihan yang dapat memperkuat pemanfaatan cyanobacteria ini adalah karena makhluk hidup bersel tunggal ini memiliki kemampuan pertumbuhan yang relatif cepat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Balasubramanian, et al. tahun 2011, budidaya cyanobacteria dapat dilakukan menggunakan media air limbah dan dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah banyak. Sehingga budidaya cyanobacteria ini lebih menghemat biaya, dengan memanfaatkan lahan yang kurang produktif seperti limbah. Tentunya, di luar sana riset mengenai budidaya dan pemanfaatan cyanobacteria sudah sangat banyak hingga ke tahap pengembangan. Budidaya cyanobacteria perlu menggunakan system kultur yang memadai untuk mengoptimalkan pertumbuhannya sehingga biomassa yang dihasilkan cukup banyak untuk digunakan dalam pembuatan biofuel. Seperti riset yang dilakukan oleh Woo dan Vannela pada tahun 2010 yaitu menggunakan foto bioreaktor dalam proses budidaya. Dengan medium yang memiliki nutrisi pertumbuhan yang cukup untuk cyanobacteria, kemudian asupan CO2 serta iradiasi sinar UV. Di sisi lain, untuk mengoptimalisasi perolehan ekstrak lipid terutama asam lemak yang dijadikan bahan baku biodiesel dapat dilakukan dalam riset-riset lain dari mulai metode ekstraksi, hingga merekayasa jalur pada tingkat genetik. Pada tahun 2009, para peneliti NREL menguji hipotesis bahwa fotosintesis cyanobacteria dapat direkayasa untuk mendapatkan jumlah lipid yang lebih banyak. Dengan memblokir sintesis glikogen dan mengevaluasi pengaruh aliran karbon terhadap sisipan gen penghasil TAG (Triasil gliserol yang merupakan prekursor biodiesel) juga memanipulasi fisiologis untuk meningkatkan hasil TAG yang diekspresikan sel. Tentunya riset-riset dan temuan baru akan semakin banyak untuk menyempurnakan system produksi biofuel yang lebih baik dan bermanfaat untuk kebutuhan energy di seluruh dunia. Salam ilmiah. Farhan nafisah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fun.nafis/cyanobacteria-dan-perkembangan-riset-dalam-optimalisasi-pemanfaatannya-sebagai-bahan-baku-biofuel_552c13306ea83485468b4568

Cyanobacteria : Bisa Menjawab Tantangan Global Mengenai Kelangkaan Bahan Bakar Fosil

Kini sudah tidak aneh lagi kita melihat berita di televisi yang membahas tentang kelangkaan bahan bakar fosil di beberapa daerah di Indonesia. terutama yang sedang hangat sekarang adalah bahan bakar solar. Mengapa bisa terjadi? 'menghemat pasokan hingga akhir tahun' begitu beritanya. Pihak Pertamina mengurangi kuota pasokan biosolar di SPBU yang biasanya 48.000L/hari menjadi 16.000L/hari. miris dan sedih, yang menjadi korban bukan hanya truk-truk bermesin diesel, tapi juga para nelayan yang tidak bisa melaut karena motor kapalnya tidak dapat dijalankan. Tidak hanya sampai di situ, banyak pula SPBU yang tutup karena tidak menerima pasokan bahan bakar sehingga warga harus mencari SPBU lain. wah wah wah... Kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan? oh tidak... tulisan ini bukan untuk menyalahkan siapa-siapa. saya menulis ini hanya ingin sedikit membagi pengetahuan. berdasarkan informasi, PT. Pertamina menjual Biosolar sejak awal Januari 2009. Apa sih itu biosolar?? Biosolar itu sendiri merupakan campuran yang terdiri dari bahan bakar solar murni biodiesel dengan perbandingan 19:1 kalau yang di Indonesia (di Amerika ada solar B20 yaitu menggunakan campuran biodiesel sebanyak 20%). Biodiesel itu merupakan alkil ester (fatty acid metyl ester atau FAME) yang dibuat dari bahan baku minyak tumbuhan seperti minyak jarak, minyak kelapa sawit atau dari sumber biomassa lain yang direaksikan dengan alkohol (metanol atau etanol) menggunakan katalis basa kuat. Berbeda dengan solar murni yang merupakan senyawa hidrokarbon rantai lurus, biodiesel merupakan senyawa ester yang memiliki gugus R-CO(O)-R atau dengan kata lain terdapat kandungan oksigen. Walaupun komponen penyusun keduanya berbeda, tetapi biodiesel memiliki karakteristik fisik yang sama dengan petroleum diesel, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel. walau penggunaannya tetap harus dicampur dengan solar murni, tetapi emisi gas kendaraan yang dihasilkan jauh lebih bersih dan lebih hemat bagi kendaraan tersebut. memang hingga kini PT. Pertamina masih meproduksi biodiesel dari minyak tumbuhan tingkat tinggi seperti kelapa sawit, minyak jarak dan lain-lain. Biodiesel jenis ini merupakan biofuel generasi pertama, yaitu biofuel yang memanfaatkan tanaman pangan. Biofuel generasi ke-2 adalah biofuel dari ligniselusosa. nah sekarang kita tengok biofuel generasi ke-3 yang bersumber dari biomassa mikroalga. Pemanfaatan mikroalga sebagai sumber biofuel memiliki banyak keuntungan dibandingkan biofuel generasi pertama dan kedua. mengapa? karena mikroalga merupakan jenis tanaman prokariotik (bersel tunggal) yang tumbuh di perairan bebas. Salah satu jenis mikroalga yaitu cyanobacteria yang banyak hidup di permukaan air danau, sungai, sawah atau air laut. Kita tahu bahwa makhluk hidup bersel satu itu memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dibandingkan tanaman tingkat tinggi. selain itu untuk mebudidayakan cyanobacteria, penggunaan lahannya relatif sedikit sehingga efisiensi lahan dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Media pertumbuhan yang digunakan pun dapat memanfaatkan air limbah yang tidak produktif,  dan hasil budidaya dapat dipanen hampir sepanjang tahun sehingga hasil yang didapatkan dapat lebih banyak. Cyanobacteria merupakan mikroorganisme fototropik yang mampu melakukan fotosintesis menggunakan energi matahari, gas karbondioksida dan air menghasilkan glukosa yang kemudian digunakan untuk metabolisme tubuhnya. terus... kenapa sih cyanobacteria itu bisa menghasilkan biomassa untuk sumber biofuel??? nah kandungan dari cyanobacteria ini sama seperti kita manusia, memiliki makromolekul tubuh yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan bakar, antara lain protein, karbohidrat dan lipid. Asam lemak yang merupakan salah satu dari kelompok lipid yang terkandung dalam biomassa cyanobacteria ini biasanya komponennya terdiri dari 12 sampai 20 atom karbon. dengan dikonversi menjadi bentuk alkil ester atau kata lain biodiesel, maka dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti. Nah kalau begitu gimana? brilian kan? selain menghindari persaingan bahan baku pangan dengan bahan baku untuk solar, solusi ini juga dapat memberikan alternatif energi baru terbarukan yang mampu menjawab permasalahan krisis energi. Biofuel generasi ke-3 ini sudah banyak diteliti orang di luar sana... tidak terkecuali juga di negara tercinta, meskipun masih sangat sedikit literatur mengenai penelitian biofuel generasi ke-3. Dengan pengembangan metode baru dari biofuel generasi ke-3 ini semoga dapat menjadi solusi yang mampu menjawab permasalahan di negeri kita. sampai sini dulu... pasti dilanjut besok. ^_^ salam ilmiah, farhan.nafisah

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fun.nafis/cyanobacteria-bisa-menjawab-tantangan-global-mengenai-kelangkaan-bahan-bakar-fosil_552bb0056ea8343f648b4570

Bioteknologi "Replikasi DNA"

hai blog-ku tersayang.. kali ini aku akan mereview perjalanan perkuliahan pagi tadi.. senin 27 februari 2012
^^
matakuliah bioteknologi

mulai dari bahasan pertama mengenai perbedaan dan persamaan antara "replikasi DNA dalam sel (in vivo)", "teknik replikasi menggunaka PCR Polimerase Chain Reaction (in vitro)" dan "teknik kloning (in vivo)"
1. Persamaan
    ~Pada replikasi dalam sel (in vivo) dan teknik PCR (in vitro) waktu yang dibutuhkannya relatif cepat.      Membutuhkan monomer yaitu nukleotida. Membutuhkan Primer yang akan berperan sebagai templat replikasi. Pada prosesnya diawali dengan peristiwa Denaturasi.
    ~Untuk ketiga peristiwa di atas, yaitu replikasi DNA dalam sel, PCR, dan teknin Kloning memiliki persamaan antara lain, menhasilkan Copy DNA, adanya elongasi (pemanjangan rantai DNA) membutuhkan DNA target (yaitu DNA yang ingin diperbanyak) serta dapat mengamplifikasi DNA yang diinginkan.




 2. Perbedaan
     ~ replikasi di dalam sel terjadi di dalam tubuh manusia/hewan/tumbuhan
     ~ teknik PCR dilakukan di laboratorium (alat PCR), membutuhkan permainan suhu tinggi, serta membutuhkan enzim termostabil.
     ~ teknik kloning, replikasi DNA terjadi di dalam sel inang.

bisa terbedakan antara ketiga cara replikasi (perbanyakan) DNA pada sel makhluk hidup, kloning, dan teknik  PCR.. pada prosesnya, lebih simpel yang mana?
untuk teknik kloning, urutan secara umumnya adalah
kloning
Isolasi Plasmid dari sel inang (bakteri), di sisi lain kromosom DNA target dihidrolisis terlebih dahulu oleh enzim restriksi-->> plasmid yang telah di isolasi dihidrolisis juga oleh enzim restriksi-->> selanjutnya DNA target dimasukkan ke dalam plasmid membentuk DNA rekombinan-->> DNA rekombinan dimasukkan kembali ke sel inang dan ditumbuhkan untuk berkembangbiak dengan anggapan setiap copy sel maka akan menghasilkan DNA rekombinan pula.. artinya dengan teknik kloning didapatkan replikasi DNA target yang diinginkan. Setelah itu bakteri yang manjadi sel inang akan mengalami lisis (sel pecah).


sedangkan untuk teknik  PCR, urutan proses secara umumnya ialah
denaturasi DNA primer pada suhu 95*C untuk memutuskan ikatan hidrogen antara basa-basa purin-pirimidin dari untai ganda menjadi untai tunggal.-->> selanjutnya proses anealing atau penempelan primer dan polimerisasi (pemanjangan rantai), suhu diturunkan menjadi 55*C-->> setelah penempelan primer suhu ditingkatkan hingga 72*C berfungsi untuk polimerisasi. tahap ini diperlukan primer, buffer, enzim DNA polimerase dan dNTPs untuk pemanjangan rantai. setelah ini biasanya dilakukan pemurnian dengan teknik elektroforesis dan analisis urutan dengan teknik sekuensing.
replikasi DNA metode PCR


Campbell, Neil A. at all (2002).  BIOLOGI CAMPBELL REECE MITCHEL. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gumilar, Gun Gun at all (2008). BIOTEKNOLOGI . Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI